Minggu, 22 September 2013

Makalah Ekonomi Makro (Pendidikan)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
               Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Webster’s New World dictionary (1962), pendidikan adalah “Suatu proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, watak dan lain-lain, khususnya melalui sekolah formal. Kegiatan pendidikan menyangkut produksi dan distribusi pengetahuan baik di lembaga reguler maupun non reguler”. Karena mayoritas kegiatan tersebut berlangsung di lembaga pengajaran seperti sekolah swasta dan negeri.  Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu Negara.
               Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat.
               Padahal kita tahu, bahwa pendidikan merupakan suatu pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan. Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikan multiplier efect terhadap pembangunan suatu negara




1.2         Permasalahan
1.2.1  Apa nilai ekonomis pendidikan ?
1.2.2 Apa masalah pokok pendidikan dalam ekonomi ?
1.2.3  Apa saja yang termasuk biaya pendidikan ?
1.3     Tujuan
1.3.1 Mengetahui nilai ekonomis pendidikan.
1.3.2  Mengetahui masalah pendidikan dalam ekonomi.
1.3.3  Mengetahui apa saja yang termasuk dalam biaya pendidikan.



















BAB II
TEORI DAN ISI

2.1     Nilai Ekonomis dari Pendidikan
               Biaya dalam pendidikan dapat dipandang sebagai investasi dalam sumber daya manusia (Human Investment dan Human Capital ). Hal ini karena, pembiayaan pendidikan yang diinvestasikan untuk peningkatan kualitas dan produktivitas manusia jangka panjang. Negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan beberapa negara di Asia (Jepang, Korea Selatan, China, dan Singapura) memiliki sistem perencanaan pembiayaan pendidikan yang matang, komprehensif, serta dijalankan secara konsisten, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Hal yang sebaliknya, investasi dalam peningkatan mutu pendidikan menghadapi berbagai permasalahan di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, baik yang menyangkut kebijakan, kemampuan manajemen, dan faktor lainnya.
               Pendidikan dapat dipandang sebagai investasi pada sumberdaya atau investment in Human Capital, dan oleh karena itu dapat dianalisis menggunakan model analisis biaya manfaat (benefit cost analysis). Model analisi ini, menurut Nanang Fattah(Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,2006:25) merupakan metodologi yang sangat penting dalam melakukan analisis untuk investasi pendidikan dan dapat membantu pengambilan keputusan untuk memutuskan dan memilih diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas agar mampu memberikan kemampuan yang paling tinggi. Analisis jenis ini didasarkan pada asumsi bahwa sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya, dan perbedaan pendapat di masyarakat disebabkan oleh perbedaan dalam pendidikan dan bukan perbedaan kemampuan atau latar belakang sosial. Pendekatan analisis ini disebut juga dengan pendekatan analisis rate of education (pengukuran pendidikan; yang mula-mula diujicobakan di Rusia) yang bertujuan untuk mengukur pendidikan dari sudut hasil atau keuntungan yang diperoleh.
               Pendidikan melibatkan dan memerlukan pembiayaan, baik dari pemerintah maupun masyarakat, untuk mempersiapkan sumber daya yang yang berkualitas dan skillfull. Dengan demikian, pendidikan dapat diposisikan sebagai usaha investasi pada sumber daya manusia. Sebagaimana investasi pada bidang lainnya, investasi pada bidang pendidikan harus dapat memberikan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter atau hasil konversinya, terlebih jika pendidikan itu harus memiliki dampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi, dan mobilitassosial.
               Sekalipun para ahli ekonomi mengalami kesukaran dalam upaya mengukur kontribusi pendidikan pada pertumbuhan ekonomi makro, namun mereka sepakat bahwa pendidikan, tidak diragukan lagi, memiliki nilai ekonomi dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi tersebut. Kesukaran pengukurannya disebabkan adanya ciri dan karakter pendidikan yang kompleks. Hanya saja, keterkaitan antara pendidikan dengan ekonomi, umumnya, baru dapat diukur pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tenaga kerja, pengetahuan, dan teknologi. Misalnya, keterkaitan jenis pendidikan dengan ketenagakerjaan adalah bahwa income seseorang ternyata banyak dipengaruhi oleh jenis pendidikan dan tingkat pendidikan yang diperolehnya. Secara umum, income lulusan SD lebih rendah bila dibandingkan dengan income lulusan SMA, dan demikian pula lulusan SMA ber income lebih rendah bila dibandingkan dengan income lulusan perguruan tinggi. Faktor-faktor ini hanya dapat diwujudkan dengan masuknya human factor , sebab pembangunan ekonomi pada dasarnya dilakukan oleh manusia dan untuk manusia. Sedangkan pembangunan manusia hanya dapat mungkin dilakukan oleh pendidikan, bukan oleh ekonomi.
               Dengan demikian, model analisis biaya manfaat pendidikan diorientasikan untuk mengukur hasil atau produk pendidikan (manusia, produksi, atau jasakeuntungan) dengan pemenuhan tenaga kerja (pasar), penambahan pendapatan, pertumbuhan ekonomi makro dan mikro, mobilitas sosial, serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Pengukuran model analisis biaya manfaat pendidikan ini memiliki keunggulan, yakni :
 a)   Perencanaan pendidikan diorientasikan untuk  peningkatan kesejahteraan rakyat, peningkatan pendapatan, dan kebutuhan pasar (market demand ).
b)    Pendidikan mempunyai ukuran yang konkret yakni penyerapan pasar tenaga kerja terhadap produk pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat,serta pertumbuhan ekonomi.
c)    Pendidikan pun mempunyai ukuran semi-konkret, yakni peningkatan taraf hidup dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Hanya saja model analisis ini masih mempunyai beberapa kendala, diantaranya :
1.      Jika analisis diprioritaskan, seringkali pengukurannya bersifat kuantitatif moneterial (pendapatan dalam bentuk uang atau material). Dengan pendekatan ini, maka suatu jenis pendidikan tertentu sajalah yang harus dikembangkan, yakni pendidikan yangmampu menghasilkan lulusan yang jika sudah bekerja menghasilkan return (produksi, materi, pendapatan, atau jasa keuntungan) jauh lebih besar dari input biayayang digunakan atau diinvestasikan. Sebaliknya, jika pendidikan itu tidak menguntungkan, maka seringkali dipertimbangkan untuk tidak dikembangkan.
2.      Sangat (atau cukup) sulit menghitung benefit yang dihasilkan oleh seseorang di lapangan kerja, terutama mereka yang bekerja di sektor informal. 
3.      Model inihanya menekankan hubungan pendidikan dengan penghasilan serta mengabaikan hubungan antara penghasilan seseorang dengan kemampuan motivasi, kelas sosial,dan sebagainya.
4.      Perbedaan pendapatan yang menguntungkan orang-orang itu sendiri bukanlah menunjukkan kemampuan produktivitasnya, tetapi lebih merupakan suatu konvensi sosial. 
5.      Keuntungan dari pendidikan tidak hanya berupa keuntungan financial, tetapi dapat berupa keuntungan sosial, seperti pemeliharaan anak yang baik (yang terhindar dari kenakalan dan kejahatan), peningkatan kesehatan, dan penurunan tingkat kriminalitas (termasuk KDRT).

2.2     Masalah-masalah Pokok Ekonomi Pendidikan

               Masalah-Masalah Pokok Ekonomi Pendidikan Karena proses pendidikan melibatkan penggunaan sejumlah sumber daya yang langka, timbulah sejumlah permasalahan yang jawabannya harus dipandang dari sudut analisa ekonom. Untuk dapat menemukan solusi yang memadai, diperlukan pemikiran-pemikiran Ekonom dan kerja sama dari para ahli pendidikan, sosiologi, psikologi dan sebagainya. Terdapat lima pokok permasalahan yang berkaitan dengan persoalan ini, yaitu :
a.    Identifikasi dan pengukuran nilai-nilai ekonomi pendidikan
Dalam hal ini, meliputi bagaimana perhitungan atau estimasi dari biaya pendidikan yang dikeluarkan dan keuntungan pendidikan yang diperoleh.


b. Alokasi sumber daya dalam pendidikan
Proses pendidikan meliputi hasil keluaran proses pendidikan dari penetapan sejumlah input dalam pendidikan.
c. Gaji guru
Disesuaikan dengan tingkat dan faktor penentu kemampuan yang dimilikinya
d.  Anggaran/Keuangan pendidikan
Siapakah yang harus membayar pendidikan ? Apakah pemerintah harus mendukung pendidikan di sektor pemerintah adan swasta ? Jika ya, Pada level yang yang mana pemerintah harus mengambil bagiannya ? Jika ada subsidi, apakah harus diberikan pada lembaga pendidikannya atau pada peserta didiknya ?
e. Perencanaan pendidikan
Meliputi pembahasan perencanaan pelaksanaan pendidikan yang masuk akal, berbagai macam pendekatan terhadap perencanaan, dan beberapa makro dan mikro dari model perencanaan yang tersedia/disediakan.

2.3     Biaya Pendidikan
               Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat R. Johns, Edgar L. Morphet dan Kern Alexander (1983:45) yang menyatakan bahwa “Education has both private and sicoal cost, which may be both direct and indirect, direct cost are incurred for tuition, fees, books, room andboard. In a public school, the majority of these costs are subsuned by the public treasury and thus become social costs. Indirect costs of education are embodied in the earnings which are forgone bay all persons of working age, but forgeno earnings are also a cost to societ, a reduction in the total productivity of the nation”. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa. Kebanyakan biaya langsung berasal dari sistem persekolahan sendiri seperti SPP, dan Sumbangan Orang Tua murid untuk pendidikan atau yang dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan dalam melaksanakan proses pendidikannya, seperti biaya buku, peralatan dan uang saku. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk kesempatan yang hilang dan dikorbankan oleh siswa selama belajar (Cohn,1979; Thomas Jone,1985; Alan Thomas, 1976. dalam Nanang Fattah 2000,23). Menurut Cohn (1979:62), biaya pendidikan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Biaya langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan secara langsung untuk membiyai penyelenggaraaan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, seperti gaji guru, pegawai non edukatif, buku-buku pelajaran dana bahan perlengkapan lainnya. Hal ini berpengaruh pada hasil pendidikan berupa nilai pengorbanan untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut.
b.    Biaya tak langsung (Indirect cost), yaitu meliputu hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan. Bisa juga berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar. Bentuk-bentuk dan beberapa kategori dari biaya pendidikan masyarakat dan swasta menurut R. Johns, Edgar L. Morphet dan Kern Alexander (1983:45),yaitu :
a. Direct Cost
1.  Social
·     Salaries of teacher, administrators and nonprofesional personnel
·     Books, supplies and equipment
·     Transportation
·     Room anf board
·     Scholarship and other subsidies to students
·     Capital expenditure
2. Private
·     Tuition and fees
·     Books, suplies and equipment
·     Extra travel
·     Room and board
b.  Indirect cost
1.  Social
·     Earning forgone
2.  Private
·     Earning forgone

               Dalam menetapkan biaya pendidikan yang diperlukan, harus disusun perencanaan pembiayaan pendidikan. Maka, suatu proyeksi biaya pendidikan yang didasarkan atas kebutuhan dalam kaitannya dengan pembiayaan pendidikan di tingkat negara, yaitu dengan membuat alternatif proyeksi pendidikan sekurang-kurangnya 5-6 tahun mendatang Alternatif proyeksi biaya pendidikan harus bedasarkan pada asumsi-asumsi:
1. Kecepatan rasio pertumbuhan.
2. Jumlah imigrasi ke negara.
3. Tipe program pendidikan untuk target populasi dengan perbedaan kebutuhan.
4. Perbedaan biaya untuk tipe yang berbeda program pendidikan.
5. Jumlah siswa yang mungkin akan pindah dari sekolah
6. Perbedaan biaya yang dibutuhkan berdasarkan pada jarang atau padatnya penduduk.
7. Tingkat kualitas pendidikan.
8. Kekuatan memperoleh uang.
               Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa pembiayaan pada suatu persekolahan terpusat pada penyaluran keuangan dan sumber-sumber pendapatan lainnya untuk pendidikan. Dimana, distribusi atau penyaluran tersebut mencakup dua kategori yaitu bagaimana uang itu diperoleh dan bagaimana dibelanjakan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Aspek penting lain yang perlu dikaji adalah peraturan perundang-undangan pendidikan, perkembangan historis pemerintah pusat, kecenderungan termasuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya pendidikan perlu di dukung dengan data dan informasi mengenai siapa yang harus dididik, berapa jumlah yang harus dididik, tujuan dan sasaran apa yang ingin dicapai, program pendidikan apa yang akan dilakukan sebagai suatu usaha dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
               Bank Dunia (1998) dalam buku Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, menyarankan bahwa dalam jangka pendek, pembiayaan pendidikan seyogyanya diarahkan untuk melanjutkan investasi yang telah dilaksanakan di masa lalu, dan juga untuk melindungi kelompok masyarakat miskin dari dampak krisis. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, perhatian seyogyanya diarahkan kepada pencapian pendidikan dasar yang menyeluruh dan persiapan untuk desentralisasi. Menurut Thomas H. Jones dalam bukunya “Introduction to School Finance; Technique and Social Policy”(1985:250), mengungkapkan tentang prinsip-prinsip atau model pembiayaan pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah, yaitu :
1. Flat Grant, model ini mendistribusikan dana-dana negara bagian tanpa mempertimbangkan jumlah uang yang berhasil dikumpulkan oleh pajak lokal atau pembagian sama rata.
2.    Full State Funding, model ini pembiayaan ditanggung sepenuhnya oleh negara yaitu menghapus semua perbedaan lokal, baik dalam pembelanjaan maupun dalam perolehan pajak.
3.    The Foundation Plan, model inio ditekankan pada patokan tarif pajak property minimum dan tingkat pembelanjaan minimum untuk setiap distrik sekolah lokal di negara bagian.
4. Guaranteed Tax Base, model ini merupakan matching plan, dimana negara membayar presentase tertentu dari total biaya pendidikan yang diinginkan oleh setiap distrik sekolah.
5.    Percentage Equalizing, model ini merupakan bentuk dari Guaranteed Tax Base, dimana negara menjamin untuk memadukan tingkat-tingkat pembelanjaan tahun pertama di distrik lokal dengan penerimaan dari suymber-sumber negara dan match berada pada suatu rasio variabel.
6.    Power Equalizing, model ini memerintahkan distrik-distrik yang sangat kaya untuk membayarkan sebagian pajak sekolah yang mereka pungut ke kantong pemerintah negara bagian. .

2.4     Bentuk Biaya-Biaya Lainnya
               Dengan mengkuantitaskan produksi pendidikan, jumlah hasil ujian dapat dihitung dengan menghitung secara sederhana jumlah anak didik yang mencapai suatu standar pendidikan dan juga dapat mempertimbangkan kapasitas produksi dalam pengertian jumlah guru, jumlah kelas, jumlah kehadiran, dan jumlah peserta didik.                            Dengan demikian dapat dihitung biaya per lulusan, biaya menurut tingkatan pendidikan yang dicapai, biaya unit per anak didik, biaya rata-rata kehadiran sehari-hari, biaya modal per kelas, dan biaya rata-rata per kelas.
a. Biaya per Lulusan Yaitu, perbandingan antara keseluruhan biaya untuk sekelompok peserta didik dengan jumlah yang lulus. Pekerjaan ini tidak mudah, karenanya orang lebih menyederhanakan dengan memperkirakan jumlah rata-rata mereka yang lulus selama jangka waktu tertentu dengan membandingkan jumlah biaya pendidikan yang dihitung dari biaya rata-rata peserta didik.
b. Rata-rata biaya kehadiran sehari-hari Yaitu dihitung dengan Recurrent Cost (biaya berulang) dibagi dengan jumlah peserta didik yang hadir setiap hari (yaitu rata-rata setiap hari).
c. Biaya Modal per Tempat Untuk keperluan proyeksi dalam menganggarkan biaya modal maka perlu dihitung biaya modal per tempat, yaitu dengan menghitung jumlah biaya pendirian dan perlengkapan permulaan dibagi dengan jumlah tempat yang tersedia.
d. Biaya Rata-rata per Kelas Yaitu dengan menghitung rasio antara biaya keseluruhan dengan jumlah kelas yang ada.
e. Recurrent Cost per rata-rata pendidik Pengajar memiliki kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar. Hampir 65% atau 70% dari recurrent cost digunakan untuk gaji guru. Karena itu, dengan menghitung biaya berulang per rata-rata pendidik, dapat dikaitkan dengan tingkat pelayanan.

















BAB III
KESIMPULAN

            Jadi, pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
            Namun perkembangan pendidikan di Indonesia tidaklah terlalu baik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya alokasi sumber daya dalam pendidikan, perencanaan pendidikan, terlebih lagi biaya/anggaran pendidikan yang sangat mahal.
















DAFTAR PUSTAKA

http://yogiwardhani.blogspot.com/2012/05/peran-pendidikan-terhadap-pertumbuhan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar