BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tari merupakan
ungkapan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh manusia.
Hakikatnya bahwa tari merupakan gerak. Dalam Kamus umum Bahasa Indonesia
dinyatakan bahwa : ”Tari adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang
berirama dan biasanya diiringi dengan
bunyi-bunyian (seperti musik atau gamelan)”. Salah satu pakar ahli tari,
Poerwadarminta (1976:1020), menyatakan Seni Tari adalah gerak-gerak dari bagian
tubuh manusia yang disususun secara indah dan diselaraskan dengan musik yang
mempunyai maksud dan tujuan tertentu disebut dengan seni tari. Salah satu
contohnya adalah tari Barongdan Keris. Tarian Barong dan Keris adalah suatu
tarian yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan.
“BARONG” adalah makhluk mithologi yang mewakili kebaikan dan makhluk yang
menggambarkan kejahatan adalah “RANGDA”. Dalam tari Barong sangat identik
dengan cerita-cerita kehidupan atau sejarah zaman dahulu. Di latar belakangi
hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini.
Selain
itu, latar belakang disusunnya Karya Tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mandiri, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) kelas IX.
Makalah ini membahas tentang Kesenian
Tari Barong. Disini penulis
berusaha menerangkan materi yang dibutuhkan sebagai referensi agar dapat
menyempurnakan topik yang akan diperbincangkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
Karya Tulis ini, penulis membuat rumusan maslah berupa :
1.
Bagaimanakah sejarah tari Barong?
2.
Bagaimanakah alur cerita tari Barong?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan Karya Tulis ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas
mandiri Bahasa Indonesia dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
2.
Untuk memberikan
informasi tentang Kesenian Tari Barong
3.
Untuk menumbuhkan
rasa kecintaan terhadap Budaya di Indonesia
1.4 Metode
Metode
yang digunakan dalam makalah ini adalah metode liberatur atau melalui situs
internet. Dengan website :
http://www.raribarong.com/cerita-tari-barong.htm
http:/tarian-bali.com
1.5 Kegunaan/Manfaat
Kegunaan/Manfaat Karya Tulis ini berupa :
1. Dari segi
isi
a. Untuk
memperdalam penguasaan materi mengenai Tari Barong
b. Untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Tari Barong
2. Dari segi
wujud
a. Dapat
dijadikan kajian awal atau bahan acuan karya tulis berikutnya
b. Sebagai dokumentasi
di Perpustakaan SMPN 1 Sumedang
1.6 Sistematika
Karya
Tulis Ilmiah ini disusun berdasarkan beberapa Bab, yakni Bab I yang terdiri
dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Metode, Kegunaan atau Manfaat,
dan juga Sistematika.
Bab
II yang terdiri dari Permasalahan dan Pembahasan
Dan
juga Bab III yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Tari Barong
Tari Barong adalah
pertunjukan seni paling populer dan diminati oleh wisatawan di Bali seperti
Tari Kecak Uluwatu. Belum lengkaplah liburan ke Bali, sebelum menonton
pertunjukan seni berkualitas ini.Tari barong adalah salah satu dari tari Bali
yang merupakan peningalan kebudayaan pra Hindu selain tari Sangyang adalah tari
Barong. Kata barong berasal dari kata bahruang yang berarti binatang beruang,
merupakan seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib, dianggap
sebagai binatang pelindung. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara
kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh
Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud
kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring
runcing di mulutnya.
Didalam
perkembangannya, kemudian barong di Bali tidak hanya diwujudkan dalam binatang
berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua, adapun jenis-jenis barong
yang ada di Bali yaitu :
a. Barong Ket ( Ketet ) adalah yang paling
banyak didapatkan di bali dan yang paling sering dipentaskan serta memiliki
jenis perbendaharaan gerak tari yang Barong ketet merupakan perpaduan antara
singa, macan, sapi atau bona. Badan barong ini dihiasi dengan ukir ukiran
dibuat dari kulit, ditempeli kaca dan bulunya dibuat dari braksok, ijuk atau
pula dari bulu burung gagak. Didalam menarikannya barong ini diusung oleh 2 (
dua ) orang penari yang dinamakan juru saluk ataupun juru bapang. Lakon ini
pada umumnya menggambarkan pertarungan antara kebajikan dan keburukan, dimana
thema ini hampir selalu menjadi dasar dalam lakon lakon seni pertunjukan
Bali.Gambelan untuk mengiringi tari barong ini adalah gambelan bebarongan yang
berlaras pelog. Di beberapa tempat ada juga yang diiringi dengan gambelan semar
pegulingan.
b. Barong
Bangkal berarti babi besar yang berumur tua, barong ini menyerupai seekor bangkal
biasa disebut barong celeng atau barong bangkung. Gambelan untuk mengiringinya
adalah gamelan batel, dalam pementasannya sangat jarang disertai dengan suatu
lakon dan pementasan barong bangkal ini biasanya dengan cara ngelawang
(pementasan dari satu tempat ketempat lain ) dan ada juga sekedar mafajar atau
diusung kesekeliling.
c. Barong
Asu adalah
barong yang menyerupai anjing terutama topengnya, sangat dikeramatkan dan
terdapat di pura puncak dawa Baturiti Tabanan.
d. Barong
Gajah adalah barong yang menyerupai gajah, sangat dikeramatkan dan salah satu
diantaranya terdapat di Desa Singapadu.
e. Barong
Macan adalah barong yang menyerupai seekor macan, dalam pementasannya ditarikan
oleh dua orang penari dan ada juga yang dilengkapi dengan suatu dramatari
semacam Arja, gamelan yang dipakai mengiringinya adalah gambelan batel.
f. Barong Landung, barong ini
berbeda dengan barong barong yang telah disebutkan diaatas. Barong landung
wujudnya bukan binatang melainkan manusia purba yang kaki dua. Pada umumnya
barong landung ini dibuat berpasangan, terdiri dari ratu Lanang (Barong landung
laki) dan Ratu Luh ( Barong Landung perempuan ). Barong ini disebut sedemikian
karena bentuknya besar dan tinggi (seperti ondel-ondel Jakarta). Ratu Lanang
wajahnya sangat menakutkan, hitam mukanya dengan giginya mencolot keluar
sedangkan Ratu Luh berupa perempuan tua seperti perempuan cina. Dibeberapa
tempat di Bali ada juga Barong Landung yang dilengkapi dengan jenis barong
Landung lainnya seperti Mantri, Baluh, limbur dan lain-lainnya. Didalam
pementasannya barong landung ini mengambil lakon seperti lakon Arja ( terutama
di Daerah Badung ) dan diiringi dengan gambelan batel.
g. Barong
Blasblasan, barong ini juga disebut barong kedingkling, barong blasblasan adalah
suatu bentuk pementasan yang dilakukan secara ngelawang, penarinya hanya
mengenakan topeng topeng wayang wong dengan lakon cuplikan cuplikan dari
ceritra Ramayana yang pada umumnya merupakan adegan peperangan. Barong ini
banyak di pentaskan pada hari hari Raya Galungan maupun Kuningan dan biasanya
penarinya adalah anak anak.Gambelan pengiringnya ada yang berupa batel dan ada
pula yang semacam bebarongan (Gambelan batel yang dilengkapi dengan reyong).
Disamping
jenis-jenis barong tersebut diatas, masih ada juga jenis-jenis barong yang lain
yaitu barong brutuk yang terdapat di desa Trunyan ( sebuah Desa kecil dipinggir
sebelah timur dari Danau Batur ). Barong ini memakai bulu-bulu daun pisang yang
sudah kering (kraras) dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat Trunyan. Barong (sejenis
barong landung yang banyak terdapat di daerah Tabanan yang biasanya
dipertunjukkan pada upacara ngaben.)
Kostum Barong
Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di
badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan
juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua
penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan
gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang
memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh
berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya
saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita
pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh
lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti),
serta para pengikut Rangda.
2.2 Alur Cerita Tari Barong
1.
Gending Pembukaan
Barong
ditemani seekor kera sedang berada di dalam hutan yang lebat. Kemudian
datanglah tiga orang bertopeng yang membuat keributan dan merusak ketenangan
hutan. Si Kera pun tidak senang dengan kehadiran mereka dan akhirnya
berkelahi dengan mereka dan berhasil
memotong hidung salah satu dari mereka.
2.
Babak Pertama
Munculah
dua orang penari.Mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda yang sedang
mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam perjalanan untuk
menemui sang Patih.
3.
Babak Kedua
Begitu pengikut Dewi
Kunti ini tiba di tujuan mereka. Salah satu dari pengikut Rangda berubah wujud
menyerupai bentuk Rangda memasukkan roh jahat kepada para pengikut Dewi Kunti
mnyebabkan mereka menjadi kerasukan dan lupa ingatan sebelum meraka berhasil
bertemu Sang Patih. Tidak sadar akan perubahan yang dialami oleh para pengikut
Dewi Kunti. Sang patih bersama - sama dengan mereka menghadap Dewi Kunti.
4.
Babak Ketiga
Munculah Dewi Kunti
dan anaknya Sahadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangga untuk menyerahkan
Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya
Sahadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu
sakti yang di miliki Rangda dengan bujukan para pengikut Dewi Kunti yang
sudah kerangsukan oleh roh jahat. Rangda bisa mempengaruhi pikiran dan akal
sehat Dewi Kunti sehingga Dewi Kunti tiba-tiba marah dan menjadi sangat benci
kepada anaknya Sahadewa. Dewi Kunti memberikan perintah kepada Sang Patih untuk
membuang Sahadewa kedalam hutan. Sang Patih tidak membantah karena dirinyapun
sudah di pengaruhi oleh ilmu jahat Rangda.
5.
Babak Keempat
Sahadewa diikat di
bawah pohon besar di dalam hutan dan ditinggal sendirian. Tiba-tiba turunlah
Batara Siwa dari khayangan. Merasa iba akan kondisi Sahadewa. Batara Siwapun
menganugrahkan ilmu kesaktian dan kekebalan pada diri Sahadewa. Rangda yang
kemudian datang untuk mencabut nyawa Sahadewa tidak sadar akan anugerah yang
telah diberikan Batara Siwa berusaha untuk mengoyak-ngoyak. Mencabik dan
membunuh Sahadewa tetapi tidak berhasil.Putus asa karena tidak berhasil
membunuh Sahadewa. Rangda pun menyerah dan memohon ampun kepada Sahadewa dengan
demikian Rangda bisa menebus dosa-dosanya. Permintaan ini dipenuhi Sahadewa dan
Sang Rangda pun mendapat pengampunan.
6.
Babak Kelima
Kalika adalah murid
Rangda yang paling sakti ilmunya.Ketika bermaksut menghadap Sahadewa untuk memohon
pengampunan sebagaimana Rangda dulu memohon maaf kepada Sahadewa. Tetapi
Sahadewa menolak permintaan ini sehingga murkalah Kalika dan mengajak Sahadewa
untuk berduel. Dalam pertempuran ini Kalika beberapa kali mengubah wujud
dirinya,pertama menjadi babi hutan tetapi berhasil dikalahkan oleh Sahadewa. Kalika
berubah lagi menjadi Burung Gagak yang besar tetapi dapat pula dikalahka oleh
Sahadewa. Terakhir Kalika berubah mengambil perwujudan Rangda. Karena saktinya
Rangda ini Sahadewa menjadi kuwalahan melawannya. Berusaha untuk memenangi
pertempuran. Sahadewa berubah wujud menjadi Barong. Mereka terus bertempur
sampai ada yang kalah,tetapi sama saktinya tidak ada yang menang ataupun kalah
sehingga pertarungan inipun menjadi abadi dan dimana kejahatan disitu pila ada
kebaikan yang akan terus bertempur melawan kejahatan.
7.
Penutup
Munculah para
pengikut Barong dengan membawa keris bermaksut untuk menolong Barong tetapi
dengan ilmusaktinya. Kalika yang berwujud Rangda berhasil membuat roh
jahat mengusai pengikut Barong sehingga
mereka berbalik berusaha menikam diri mereka sendiri dengan keris. Barong
dengan ilmu kebaikannya menolong mereka dari kerasukan roh jahat dan berhasil
mengusir roh jahat dari tubuh mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tari
merupakan perasaan manusia yang dinyatakan melalui gerak tubuh yang indah. Tari
juga tempat dimana para koreo mengungkapkan ekspresi jiwa dan mendeskripsikan
nilai-nilai kehidupan dan keluhuran lewat ferak dan sikap.Seni tari juga di
perindah dengan irama lagu peniring sesuai dengan lambang watak dan tema. Salah satu contohnya adalah Tari
Barong. Tari Barong merupakan seni tari yang terdapat di Pulau Bali. Tari
Barong menceritakan suatu kehidupan
masyarakat, yaitu kehidupan yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan
kejahatan.
3.2 Saran
Setelah pembuatan karya
tulis yang berjudul “Kesenian Tari Barong” maka penulis akan memberikan saran
sebagai berikut :
·
Sebagai generasi muda marilah kita ikut melestarikan
tari-tari yang ada di Nusantara.
·
Pemerintah bisa ikut serta mendukung acara-acara yang
diselenggarakan di daerah yang menampilkan kesenian tradisional.
·
Di sekolah – sekolah sebaiknya diajarkan tari-tari
daerah, supaya kita semua bisa tahu keberagaman
kesenian tari di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.raribarong.com/cerita-tari-barong.htm
http:/tarian-bali.com
Sutopo, Maryati. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia
3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Saepuloh, Anang. 2011. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Bandung: CV Wahana Iptek Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar